Jiwa kian buta karena terlalu lama tertutup ego hingga merasa diri begitu hebat dan tak memerlukan siapa-siapa untuk berdiri. Adalah sebuah kemunafikan besar jika terus menjaga sikap seperti itu, pun demikian dengan kalian. Bukanlah sebuah dosa jika memang harus sedikit berdiri rendah agar bisa sejajar.
Sifat dasar yang membuat kita terperangkap dalam keadaan yang chaos, kehilangan arah hingga tak lagi mampu mendefenisikan arti kata cinta dan damai.
Jalan pintas seringkali sebagai solusi awal yang diambil untuk menunjukkan eksistensi diri yang tanpa kita sadari itulah awal ego diri menjadi pemenang yang pada akhirnya diri kian kerdil. Egois yang sombong telah menciptakan banyak batasan-batasan dalam segala aspek hidup dan kian mempersempit ruang gerak kita. Egois telah membuat kita terkotak-kotak dengan nama yang berbeda sebut saja politik, Negara, suku, dan batas itu kian lebar tatkala egois juga kian besar.
Egois yang kian congkak membuat kita kian menjauh dari nurani yang sejatinya tak pernah menjerumuskan kita, tapi saat ini siapa lagi yang mau mendengar suara nurani masing-masing. Demi menjaga keseimbangan beberapa memang masih mendengar nuraninya, mencoba menghubungkan kotak-kotak tersebut dengan model lintas sektoral, lintas agama ……..bla, bla, bla
Bayangkan jika kita tak lagi dibatasi oleh Negara, suku, ras, politik egois diri mungkin kian jauh dan hilang. Nurani yang berkuasa akan membuat kita tetap saling menghargai pendapat tetangga tanpa perlu lagi merasa iri. Tak lagi merasa lebih jagoan dengan mengangkang sombong di depan tetangga kita. Semua yang kita lihat pegang dan rasa akan menjadi indah jika suara nurani selalu di dengar.
Hidup memang sederhana kita hanya punya dua pilihan berbuat baik (pintar) atau berbuat salah (bodoh). Karena egois dalam diri seringkali kita berbuat bodoh. Dalam setiap diri manusia hidup sepasang harimau yang sepanjang hidup kita terus bertarung antara harimau jahat dan harimau baik dan yang memenangkan pertarungan itu adalah……………………
Tergantung harimau mana yang sering diberi makan oleh sang majikan (diri). Semoga diri bisa tetap menjaga konsistensi untuk memenangkan harimau baik tersebut hingga akhir dengan menjaga langkah agar tetap positif dan nurani sebagai penunjuk arah. Tak ada yang ingin menjadi penjahat saat dia bangun pagi tapi egois membuat dia harus berbuat bodoh pada siang hari dan sore hari dia akan menyesalinya. Be a peacemaker
Tidak ada komentar:
Posting Komentar